MELAKUKAN ANALISIS PROKSIMAT
Kompetensi ini mencakup kemampuan
melakukan pengujian / prosedur secara analisis proksimat yang diperlukan untuk
menganalisisi berbagai mutu bahan/produk pangan. Analisis Proksimat
meliputi :
1.
Pengujian
kadar air
2.
Pengujian
kadar abu
3.
Pengujian
kadar lemak
4.
Pengijian
kadar protein
5.
Pengujian
kadar serat
6.
Pengujian
kadar karbohidrat
Peralatan dan fasilitas yang diperlukan :
a. Peralatan
untuk penyiapan sampel meliputi :
·
Mortar
·
Blender
·
Neraca
analitik
·
Alat
ukur volumetric
b. Peralatan
pengujian kadar air meliputi :
·
Neraca
analitik
·
Cawan
aluminium
·
Oven
·
Desikator
c. Peralatan
pengujian kadar abu meliputi :
·
Neraca
analitik
·
Cawan
porselen
·
Tanur
listrik
·
Desikator
d. Peralatan
pengujian kadar lemak meliputi :
·
Neraca
analitik
·
Soklet
·
Kondensor
·
Labu
lemak
·
Desikator
·
Oven
e. Peralatan
pengujian kadar protein meliputi :
·
Neraca
analitik
·
Labu
kjeldahl
·
Alat-alat
gelas (Erlenmeyer,buret, pipet volumetric, pipet tetes, labu ukur)
·
Destilator
·
Kondensor
·
Pemanas
listrik
·
Destructor
f.
Peralatan pengujian serat kasar meliputi
:
·
Neraca
analitik
·
Pendingin
tegak
·
Corong
Buchner
·
Pompa
vakum
·
Hot
plate
·
Erlenmeyer
1.
PENGUJIAN KADAR AIR
Air
bersifat tidak berwarna , tidak berasa, tidak berbau pada kondisi standar,yaitu
pada tekanan 100 kPA (1 bar) dan suhu 273,15 K (0 °C). Air merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organic.
Table
dibawah ini menunjukkan kandungan air dalam beberapa pangan :
NO
|
PRODUK
PANGAN
|
KANDUNGAN
AIR %
|
1.
|
Selada ( Lactusa sativa)
|
95
|
2.
|
kubis
|
95
|
3.
|
Jeruk
|
92
|
4.
|
Sari buah apel
|
87
|
5.
|
Susu
|
87
|
6.
|
Kentang
|
78
|
7.
|
Pisang
|
75
|
8.
|
Ayam
|
70
|
9.
|
Daging
|
65
|
10.
|
Keju
|
37
|
11.
|
Roti putih
|
35
|
12.
|
Madu
|
20
|
13.
|
Mentega dan Margarin
|
16
|
14.
|
Tepung-tepung
|
14
|
15.
|
Tepung gandum
|
12
|
16.
|
Beras
|
12
|
17.
|
Serbuk susu
|
4
|
18.
|
Shortening
|
0
|
Penentuan kadar air tergantung dari sifat bahan.
Pada umumnya mengeringkan pada suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai
didapat berat konstan dalm oven. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan
adlah banyaknya uap air yang diuapkan.
Untuk
bahan tidak tahan panas seperti yang berkadar gula tinggi, minyak, daging,
kecap, dilakukan pada kondisi vacuum dengan suhu lebih rendah. Kadang – kadang
peringatan di lakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukan kedalam ksikator dengan
H2SO4 pekat sebagai pengering hingga didapat berat
konstan.
Bahan dengan kadar air tinggi dan
mengandung senyawa yang mudah menguap (seperti susu, sayuran) penentuannya
dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu misalnya toluene, xilol dan
heptana yang berat jenisnya rendah. Contoh dimasukkan kedalam tabung bola
kemudian dipanaskan. Air dan pelarut
menguap, di embunkan dan jatuh pada tabung Aufhuser yang berskala. Air yang
mempunyai berat jenis tinggi berada dibawah sehingga dapat dibaca pada skala
tabung Aufhuser tersebut.
Untuk bahan dengan kadar gula
tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer disamping
menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini air dan gula dianggap
sebagai komponen – komponennya yang mempengaruhi indeks refraksi.
1. Penentuan
kadar air cara pengeringan ( termogravimetri )
Prinsipnya
menguapkan air yang ada dalam bahan dalam cara pemanasan. Bahan di timbang
hingga berat konstan yang dapat diartikan semua air sudah teruapkan. Cara ini
relativ mudah dan murah.
Penguapan
dapat dipercepat dan reaksi yang menyebabkan terbentuknya air atau reaksi lain
dapat di cegah dengan melakukan pemanasan pada suhu rendah dan tekanan vakum.
Bahan – bahan yang mempunyai kadar gula tinggi akan mengalami pengerakan pada
permukaan bahan bila dipanaskan pada suhu ± 100°C.
Suatu
bahan yang telah mengalami pengeringan akan bersifat lebih higroskopis dari
pada bahan asalnya. Selama pendinginan sebelum penimbangan,bahan harus slalu di
tempatkan dalam ruang tertutup kering misalnya eksikator atau desikator yang
telah diberi zat penyerap air. Penyerap air atau uap air yang dapat digunakan
antara lain kapur aktif, silika gel, asam sulfat, aluminium oksida, kalium
klorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau barium sulfat. Silika gel lebih
sering digunakan karena memberikan perubahan warna saat jenuh dengan air / uap
air.
2.
Penentuan kadar air cara
destilasi ( thermovolumetri )
Prinsip penentuan kadar air dengan
cara destilasi adalah menguapkan air dengan ‘pembawa’ cairan kimia yang
mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pada air tetapi tidak bercampur
dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari pada air. Zat kimia
yang sering digunakan anatara lain toluene, xylem, benzene, tetrakloroetilen
dan xylol.
Cara ini baik untuk menentukan
kadar air dalam zat yang mempunyai kadar air kecil sehingga sulit ditentukan
secara termogravimetri. Oksidasi senyawa lipid atau dekomposisi senyawaan gula
dapat di hindari dengan cara ini.
3.
Penentuan kadar air cara kimiawi
Penentuan kadar air di tentukan
dengan titrasi Karl Fisher yaitu menitrasi sampel dengan larutan iodin dalam
methanol, cara kalsium karbid yang didasarkan pada reaksi antara kalsium karbid
dan air yang menghasilkan gas asetilen
4.
Penentuan kadar air dengan metode
fisis
Penentuan kadar air dengan cara
ini ditentukan dengan nerdasarkan tetapan dielektrikum, konduktifitas listrik (
daya hantar listrik ) dan resonansi nuklir magnetic ( NMR )
LEMBAR
KERJA I
A. ANALISIS
KADAR AIR DENGAN METODE OVEN
Metode : Metode
Oven. SNI 01 – 2891 – 1992 butir 5.1, cara uji makanan dan
Minuman
Prinsip : Kehilangan
bobot pada pemanasan 105°C dianggap sebagai kadar
Air
yang terdapat pada sampel
Alat : 1.
Neraca analitik
2.
Botol timbang
3.
Spatula
4.
Oven
5.
Desikator
6.
krustang
Bahan : 1.
Sampel bakso daging
Cara Kerja :
1.
Panaskan
botol timbang pada oven pada suhu 105°C selama 1 jam
2.
Dinginkan
dalam desikator selama ½ jam
3.
Timbang
dan catat bobotnya
4.
Ulangi
sampai diperoleh bobot konstan
5.
Timbang
contoh sampel bakso daging sebanyak 1 – 2 gram pada botol timbang tertutup yang
telah didapat bobot konstannya
6.
Panaskan
dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam
7.
Dinginkan
dalam desikator selama ½ jam
8.
Timbang
botol timbang yang berisi contoh tersebut
9.
Ulangi
pemanasan dan penimbangan hingga diperoleh bobot konstan
Perhitungan :
( Wo + Ws) - Wi
% Air = X
100
Ws
Wo =
berat botol timbang kosong (gram)
Wi =
berat botol timbang + sampel setelah pengeringan (gram)
Ws =
berat sampel
Table data
Kode
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
% Air
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. Analisis
Kadar Air dengan Metode Destilasi
Metode : Metode destilasi. SNI 01 – 2891 – 1992 butir 5.2, Cara Uji
Makanan dan minuman
Prinsip : Pemisahan azeotropik air dengan pelarut organic
Alat : 1. Neraca analitik
2. Labu
didih 500 mL
3. Alat
Aufhauser
4.
Pemanas listrik
Bahan
: 1. Sampel
2. Xylol atau
toluene
Cara
Kerja :
·
Timbang
dengan seksama 5 – 10 gram sampel,
masukkan kedalam labu didih dan tambahkan 300 mL xylol serta batu didih
·
Sambungkan
dengan alat aufhauser dan panaskan diatas pemanas listrik selama 1 jam dihitung
sejak mulai mendidih. Setelah 1 jam matikan pemanas listrik dan biarkan alat
aufhauser mendingin
·
Bilas
alat pendingin dengan xylol murni atau toluene
·
Baca
volume air
Perhitungan
V
%
Air = X
100
W
W
= berat contoh (gram)
V =
volume air yang dibaca pada alat aufhauser (mL)
Table
data
Kode
|
W
|
V
|
% Air
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
ANALISIS KADAR SERAT
Istilah
serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude
fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar
adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia
yamg digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4
1,25 %) dan Natrium Hidroksida (NaOH 3.25%).sedangkan serat makanan adalah
bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Serat
yang tidak larut dalam air ada 3 macam yaitu sellulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Sedangkan serat yang larut dalam air antara lain pectin, musilase, dan
lignin. Ada beberapa metode analisis serat yaitu :
1. Metode crude fiber
2.
Metode
deterjen
3.
Metode
enzimatis
Metode
analisis dengan menggunakan deterjen (acid deterjen fiber,ADF,atau neutral
deterjen fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur
komponen serat yang tidak larut .
PENENTUAN SERAT KASAR
Didalam
analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut
dalam asam encer atau basa encer dengan kondisi tertentu. Langkah-langkah dalam
analisa :
v Deffating yaitu menghilangkan
lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut lemak
v
Digestion
terdiri dari dua tahap yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa.
Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup pada suhu
terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihilangkan dari pengaruh
luar.penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai,karena
penundaan penyaringan dapt mengakibatkan rendahnya hasil analisa karena terjadi
perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai. Untuk bahan yang banyak mengandung protein sering
mengalami kesulitan dalam penyaringan , maka sebaiknya dilakukan digesti
pendahuluan dengan menggunakan enzim proteolitik. Residu yang diperoleh dalam
pelarutan menggunakan asam dan basa merupakanserat kasar yang mengandung ± 97 % selulosa dan lignin. Serat kasar
sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan makanan. Selain itu kandungan
serta kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,misalnya
proses penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon dengan
demikian persentase serat kasar dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan
atau efisiensi suatu proses.
LEMBAR KERJA II
PENENTUAN
SERAT KASAR
Metode : SNI 01-2891 – 1992 butir 7.1, Cara uji makanan dan minuman
Prinsip : Ekstraksi contoh dengan asam dan basa untuk memisahkan serat
Kasar dan
bahan lainnya
Alat : 1. Neraca analitik
2. spatula
3. Labu ukur
100 mL
4. Corong
Buchner
5. Pipet
tetes
6. Gelas ukur
7. Erlenmeyer
8. Kondensor
9. Oven
10. Hotplate
11. Pompa
vakum
12. Desikator
Bahan : 1. H2SO4 1,25 %
2. NaOH 3,25
%
3. kertas
saring Whatman
4. Aquadest
5. Etanol 96
%
Cara
Kerja :
1. Timbang dengan seksama 2-4 gram
cuplikan, bebaskan lemaknya dengan cara ekstraksi dengan cara soxlet atau
dengan cara mengaduk,mengenaptuangkan contoh dalam pelarut organic sebanyak 3
kali. Keringkan contoh dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL.
2. Tambahkan 50 mL larutan H2SO4
1,25 %, kemudian didihkan selama 30 menit dengan menggunakan pendingin tegak.
3. Tambahkan 50 mL NaOH 3,25 % dan
didihkan lagi selama 30 menit
4. Dalam keadaan panas saring dengan
corong Buchner yang berisi kertas saring tak berabu Whatman 54, 41, atau 541
yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya.
5. Cuci endapan yang terdapat pada
kertas saring berturut-turut dengan H2SO4 1,25 % panas, air panas dan etanol 96
%
6. Angkat kertas saring beserta isinya,
masukkan kedalam kotak timbang yang telah diketahui bobotnya, keringkan pada
suhu 105°C dinginkan dan timbang sampai bobot tetap.
7. Bila ternyata serat kasar lebih
besar 1 % , abukan kertas saring beserta isinya, timbang sampai bobot tetap.
Berat
residu = berat serat kasar
Wi - Wo
%
Serat kasar = X 100 %
Ws
Wo :
berat kertas saring
Wi :
berat kertas saring + residu setelah dikeringkan
Ws :
berat contoh
Table pengamatan
Kode
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
% protein
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
ANALISIS KADAR LEMAK
Lemak dan minyak
merupakan salh satu kelompok yang ternasuk golongan lipida.sifat yang khas dan
mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organic (ether,benzene,kloroform)atau
sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut air.
Analisa lemak dan minyak lebih
mudah dianalisa karena molekul lemak dan lemak relative lebih kecil dan kurang
kompleks dibandingkan dengan molekul karbohidrat dan protein.
Analisa lemak dan
minyak umum yang dilakukan pada bahan makanan digolongkan dalam 3 kelompok
tujuan :
1.
Penentuan
kadar lemak atau minyak yang terdapat pada bahan makanan atau pertanian.
2.
Penentuan
kualitas minyak murni sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses
ekstraksinya atau ada tidaknya pemurnian lanjutan seperti penjernihan
(refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching) dan
lain-lain.
3.
Penentuan
sifat fisis atau kimia khas yang mencirikan sifat minyak tertentu.
Ekstraksi merupakan salah satu
cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan. Sebagai senyawa
hidrokarbon lemak dan minyak pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organic.pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi lemak adalah heksan, ether dan klroroform
Berikut ini contoh beberapa jenis
bahan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lemak yaitu :
a.
Senyawa
trigliserida yang bersifat nonpolar akan mudah diekstraksi dengan pelarut
nonpolar misalnya heksan atau petroleum eter.
b.
Glikolipida
yang polar akan mudah diekstraksi dengan alcohol yang polar.
c.
Lesitin
akan mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alcohol.
d.
Fospolipida
yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam kloroform yang sedikit
polar dan basa. Senyawa ini tidak larut dalam alcohol.
Petoleum ether atau heksan
adalah bahan pelarut lemak nonpolar yang
paling banyak digunakan karena harganya relative murah, kurang berbahaya
terhadap kebakaran dan ledakan serta lebih selektif untuk lemak nonpolar.
Ada 2 cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis
bahan yang akan ditentukan :
1. Bahan
Kering
Untuk
penentuan lemak dari bahan kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam
thimble lalu dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan
dilakukan secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi. Ekstraksi lemak
dari bahan kering dapat dilakukan secara terputus-putus atau berkesinambungan.
Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet atau alat ekstraksi ASTM
(American society testing material ). Sedangkan secara berkesinambungan dengan
alat goldfisch atau ASTM yang telah dimodifikasi.
2. Bahan
Cair
Penentuan
lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau dengan Mojonnier
LEMBAR KERJA III
I.
Analisis Lemak dengan Metode
Ekstraksi Langsung
Prinsip : Ekstraksi lemak
bebas dengan pelarut non polar
Alat : 1. Kertas saring
2. Labu lemak
3. Alat soxlet
4. Pemanas listrik
5. Oven
6. Neraca analitk
7. Kapas bebas lemak
8. Kaca arloji
9. Krustang
Bahan : n-Heksana (C6H14)
Cara Kerja :
1.
Timbang
dengan seksama 1-2 gram sampel masukkan kedalam selongsong kertas yang dilapisi
kapas
2.
Sumbat
selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas
3.
Keringkan
pada oven pada suhu 80°C selama kurang lebih 1 jam, kemudian masukkan kedalam
alat soxlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan dan
diketahui bobotnya.(timbang labu sebelum dipakai)
4.
Ekstrak
dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam
5.
Suling
heksana (1 ½ kali dari isi tabung soxlet) dan keringkan ekstrak lemak dalam
oven pengering pada suhu 105 °C
6.
Dinginkan
dalam desikator dan timbang
7.
Ulangi
hingga tercapai berat konstan.
Table data
NO
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
%
lemak
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perhitungan :
Wi – Wo
Kadar lemak = X 100 %
Ws
Ws =
bobot contoh (gram) (sebelum dikeringkan )
Wi =
bobot labu + lemak setelah diekstraksi (gram )
Wo =
bobot labu lemak sebelum ekstraksi (gram)
II.
Analisa Lemak dengan Metode
Weibull
Prinsip : Ekstraksi lemak
dengan pelarut non polar setelah contoh dihidrolisis dalam suasana
Asam
untuk membebaskan lemak yang terikat
Alat : 1. Kertas saring
2. Labu lemak
3. Alat soxlet
4. Pemanas listrik
5. Oven
6. Neraca analitik
7. Kapas bebas lemak
8. Gelas piala
Bahan : 1. n-heksana
2. HCl 25%
Cara Kerja :
1.
Timbang
dengan seksama 1-2 gram contoh kedalam gelass piala.
2.
Tambahkan
30 mL HCl 25%dan 20 mL air serta beberapa batu didih.
3.
Tutup
gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit.
4.
Saring
dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas hingga tidak bereaksi asam
lagi,cek dengan lakmus,bila asam kertas saring berwarna hitam, maka terus
tambah air panas.
5.
Keringkan
kertas saring beserta isinya pada suhu
100-105°C.
6.
Masukkan
kedalam selongsong kertas yang dialasi kapas.
7.
Masukkan
kedalam alat soxlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan
dan diketahui bobotnya.
8.
Ekstrak
dengan heksana atau pelarut lemak dalam oven pengering pada suhu 105°C
9.
Dinginkan
dalam eksikator dan timbang
10. Ulangi hingga tercapai konstan
Table
Data
NO
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
% lemak
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perhitungan :
Wi – Wo
Kadar lemak = X 100%
Ws
Ws =
Bobot contoh (gram)
Wi =
Bobot labu + lemak setelah ekstraksi (gram)
Wo =
Bobot labu lemak sebelum ekstraksi (gram)
4. ANALISIS
KADAR ABU
Abu
adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu dan
komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Beberapa sampel
kadar abu dalam bebrapa bahan dapat dilihat pada table berikut :
NO
|
BAHAN
|
ABU
(%)
|
1.
|
Susu
|
0,5 – 1,0
|
2.
|
Susu kering tidak berlemak
|
1,5
|
3.
|
Buah-buahan segar
|
0,2 – 0,8
|
4.
|
Buah-buahan yang dikeringkan
|
3,5
|
5.
|
Biji kacang-kacangan
|
1,5 – 2,5
|
6.
|
Daging segar
|
1
|
7.
|
Daging yang dikeringkan
|
12
|
8.
|
Daging ikan segar
|
1 - 2
|
9.
|
Sayur -sayuran
|
1
|
Kadar
abu berhubungan erat dengan mineral suatu bahan. Mineral dalam suatu bahan ada
ada dua macam garam yaiti garam organic dan garam anorganik. Garam organic
seperti garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam
anorganik yaitu garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan nitrat.
Komponen mineral suatu bahan sangat bervariasi baik
macam dan jumlahnya. Sebagi gambaran dapat dikemukakan beberapa sampel sebagai
berikut :
a. Kalsium
(CA)
Kalsium
relative tinggi pada susu dan hasil olahannya, serellia,kacang-kacangan, telur,
ikan, dan buah-buahan. Sebaliknya bahan yang kandungan kalsiumnya sedikit adalh
gula, pati dan minyak.
b. Fosfor
(P)
Bahan
yang paling banyak mengandung fosfor adalah susu dan olahannya, daging, ikan,
daging unggas, telur dan kacang-kacangan.
c. Besi
(Fe)
Bahan
yang kaya mineral besi adalah tepung gandum, daging unggas, ikan, seafood,
telur. Sedangkan makanan yang mengandung besi adalah susu dan olahannya,
buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Natrium
(Na)
Bahan
yang banyak mengandung natrium adalah garam yang banyak digunakan sebagai
ingredient (bumbu), salted food.
e. Kalium
(K)
Bahan
yang banyak mengandung mineral kalium ialah susu dan hasil olahannya,
buah-buahan, serelia, daging, ikan, unggas, telur, dan sayur-sayuran.
f.
Magnesium (Mg)
Bahan
yang mengandung Magnesium adalah kacang-kacangan, serelia, sayuran, buah-buahan
dan daging.
g. Belerang
(S)
Belerang
banyak terdapat dalam bahan yang kaya akan protein seperti susu, daging,
kacang-kacangan, telur.
h. Kobalt
(Co)
Bahan
yang kaya mineral kobalt adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.
i.
Seng (Zn)
Bahan
makanan hasil laut (seafood), merupakan bahan yang banyak mengandung unsure
seng.
a. Analisis
kadar Abu
Penentuan
konsitituen mineral adalah bahan hasil pertanian dibedakan menjadi dua tahapan
yaitu :
1.
Penentuan
abu (total larut dan tidak larut)
2.
Penentuan
individu komponen
1. Penentuan
Kadar Abu Secara Langsung (cara kering)
Penentuan
kadar abu secara langsung (cara kering) adalah dengan mengoksidasikan semua zat
organic pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 °C dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.
Sampel yang akan diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung macam
bahannya. Beberapa sampel bahan dan jumlah berat yang diperlukan dapat dilihat
pada table berikut :
Bahan
|
Berat
Bahan (gr)
|
Ikan dan hasil
olahannya,biji-bijian dan makanan ternak
|
2
|
Padi-padian,
susu, dan keju
|
3
- 5
|
Gula, daging dan sayuran
|
5 - 10
|
Jelly, sirup, jam dan buah
kering
|
10
|
Juice, buah segar, buah
kalengan
|
25
|
anggur
|
50
|
2. Penentuan
Kadar Abu Secara Tidak Langsung (cara basah)
Pengabuan
basah terutama digunakan untuk digesti sampel dalam usaha penentuan elemen
runut (trace elemen) dan logam-logam beracun. berbagai cara yang ditempuh untuk memperbaiki cara
kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama serta adanya kehilangan karena
pemakaian suhu tinggi yaitu antara lain dengan pengabuan cara basah. Pengabuan
cara basah ini prinsipnya adalah memberikan pereaksi kimia tertentu kedalam
bahan sebelum dilakukan pengabuan.
Berbagai
bahan kimia yang sering digunakan untuk pengabuan basah ini dapat disebutkan
sebagai berikut :
a.
Asam
sulfat dapat membantu mempercepat terjadinya reaksi oksidasi.
b.
Campuran
asam sulfat dan kalium sulfat dapat digunakan untuk mempercepatb dekomposisi
sampel. Kalium sulfat dapat menaikkan titik didih asam sulfat sehingga suhu
pengabuan menjadi tinggi dan proses pengabuan dapat dipercepat.
c.
Campuran
asam sulfat dan asam nitrat dapat mempercepat pengabuan, kedua asam merupakan
oksidator kuat yang dapat menurunkan suhu digesti bahan pada kisaran
350°Csehingga komponen yang menguap dan terdekomposisi pada suhu tinggi dapat
dipertahankan dalam abu.
d.
Asam
perklorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk bahan yang sangat sulit
mengalami oksidasi. Penambahan perklorat sebagi oksidator dapat mempercepat
pengabuan, namun perklorat sebagai bahan yang bersifat explosive cukup
berbahaya. Penambahan asam nitrat dan perklorat membutuhkan waktu relative
singkat untuk pengabuan yaitu 10 menit.
Sebagaimana cara
kering, setelah pengabuan selesai, bahan diambil dari muffle (tanur) lalu
dimasukkan dalam oven bersuhu 105°C sekitar 15 – 30 menit selanjutnya masukkan
kedalam eksikator sampai dingin kemudian dilakukan penimbangan. Apengabuan
diulangi lagi sampai diperoleh berat abu yang konstan. Perbedaan pengabuan cara
kering dan basah
·
Cara
kering digunakan untuk penentuan total abu dalam suatu bahan makanan dan hasil
pertanian, sedangkan cara basah untuk elemen runut (trace elemen)
·
Cara
kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta abu yang
tidak larut dalam air serta abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu
yang relative lama sedangkan cara basah memerlukan waktu yang cepat.
·
Cara
kering memerlukan waktu yang relative tinggi, sedangkan cara basah dengan suhu
relative rendah.
·
Cara
kering digunakan untuk sampel yang relative banyak, sedangkan cara basah
sebaiknya untuk sampel yang sedikitdan memerlukan pereaksi yang agak berbahaya.
LEMBAR KERJA IV
A. PENENTUAN
KADAR ABU TOTAL
Metode : SNI 01 –
2891 – 1992 butir 6.1. Cara uji makanan dan minuman
Prinsip : Pada
proses pengabuan zat-zat organic diuraikan menjadi air dan
CO2
tetapi bahan organic tidak
Alat : 1.
Neraca Analitik
2.
Cawan porselen
3.
Spatula
4.
Kawat kasa
5.
Kaki tiga
6.
Lampu spiritus
7.
Krustang
8.
Muffle/tanur
9.
Eksikator
Bahan : 1.
Sampel
Langkah Kerja
Ø Timbang dengan seksama 2 -3 gram sampel kedalam
sebuah cawan porselen atau (platina) yang telah diketahui bobotnya. Untuk
sampel cairan, uapkan terlebih dahulu diatas penangas air sampai kering.
Ø Arangkan diatas nyala pembakar,
lalu abukan dalam tanur listrikpada suhu maksimum 550°C sampai pengabuan
sempurna (sekali-kali pintu tanur dibuka sedikit,agar oksigen bisa masuk)
Ø Dinginkan dalam eksikator,lalu
timbang sampai bobot tetap
Perhitngan
W1 – W2
% Abu =
X
100 %
W
W
= bobot sampel sebelum diabukan
(gram)
W1
= bobot sampel + cawan sesudah
diabukan (gram)
W2
=
bobot cawan kosong
Table
Pengamatan
Kode
|
W
|
W1
|
W2
|
%
abu
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. PENENTUAN
KADAR ABU SULFAT
Metode : SNI 01- 2891 – 1992 butir 6.2 cara uji makanan
dan minuman
Prinsip : Pengukuran
abu yang diendapkan sebagai sulfat
Alat : 1.
Neraca analitik
2.
Cawan porselen
3.
Spatula
4.
Kawat kasa
5.
Kaki tiga
6.
Lampu spiritus
7.
Krustang
8.
Muffle/tanur
9.
Eksikator
10.
Pipet tetes
Bahan : 1. Sampel
2.
H2SO4 pekat
Langkah Kerja
Ø Larutkan abu bekas penentuan
kadar abu dengan penambahan 25 mL HCl 10 %
Ø Didihkan selama 5 menit
Ø Saring larutan dengan menggunakan
kertas saring bebas abu dan cuci dengan aquadest sampai
Bebas
klorida
Ø
Keringkan
kertas saring dalam oven
Ø
Masukkan
kedalam cawan porselen (platina) yang telah diketahui bobotnya dan abukan.
Ø
Dinginkan
dalam eksikator,lalu timbang sampai bobot tetap
Perhitungan :
W1- W2
% Abu =
X 100 %
W
W =
bobot sampel sebelum diabukan (gram)
W1 =
bobot sampel + cawan sesudah diabukan (gram)
W2 =
bobot cawan kosong (gram)
Table Pengamatan
Kode
|
W
|
W1
|
W2
|
% Abu
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. ANALISIS
KADAR PROTEIN
Protein dalam bahan biologi biasanya
terdapat dalam bentuk ikatan fisis yang renggang atau dengan ikatan kimia yang
lebih erat dengan karbohidrat atau lemak. Dengan adanya pemanasan protein dalam
bahan makanan akan mengalami perubahan dan membentuk persenyawaan dengan bahan
lain. Pemanasan atau perlakuan yang lebih dapat merusak protein sehingga
mengubah nilai gizi. Analisa protein bertujuan menera jumlah kandungan protein
dalam bahan makanan secara empiris (tidak langsung) yaitu melalui kandungan N yang
ada dalam bahan, serta penentuan secara absolut (langsung) dengan
pemisahan,pemurnian atau penimbangan protein. Namun penentuan secara langsung
sangat sukar serta membutuhkan waktu yang lama,ketrampilan tinggi dan biaya
yang mahal namun dapat memberikan hasil yang lebih tepat.
Penentuan jumlah protein secara
empiris yang umum dilakukan adalah dengan menentukan jumlah Nitrogen (N) yang
dikandung bahan makanan,cara ini dikembangkan oleh Kjeldahl ilmuwan Denmark
tahun 1883.
Dalam penentuan protein,seharusnya hanya
nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Tetapi secara teknis sulit dilakukan karena
jumlah kandungan senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat
sedikit,sehinggapenentuan jumlah N total tetap dilakukan untuk mewakili jumlah
protein yang ada. Penentuan secara
Kjeldahl ini sering disebut kadar protein kasar (crude protein).
Dasar perhitungan protein menurut
Kjedahladalah hasil penelitian dan pengamatanyang menyatakan bahwa umumnya
protein alamiah mengandung unsure N rata-rata 16 % (dalam protein murni).
Apabila jumlah unsure N diketahui dengan berbagai cara maka jumlah protein
dapat diperhitungkan dengan
Jumlah N x 100/16
atau
Jumlah N x 6,25
|
Untuk campuran senyawa-senyawa
protein yang belum diketahui komposisi unsure penyusunnya secara pasti, maka
factor perkalian 6,25 inilah yang dipakai. Sedangkan untuk protein tertentu
yang telah diketahui komposisinya dengan tepat maka perkalian factor yang lebih
tepat yang dipakai . contoh
·
5,70
untuk protein gandum
·
6,38
untuk protein susu
·
5,55
untuk gelatin (protein terlarut)
Penentuan protein berdasarkan
jumlah N menunjukkan protein kasar karena selain protein juga terikut senyawa N
yang bukan protein misalnya urea, nitrit, asam amino, amida, purin dan
pirimidin.
Analisa
protein cara Kjeldahl dibagi menjadi 3
tahap yaitu Destruksi, Destilasi, dan Titrasi :
v
Sampel
didestruksi dengan adanya asam kuat dengan bantuan katalis yang akan mengubah
nitrogen amin menjadi ion ammonium.
v
Ion
ammonium diubah menjadi gas ammonium yang selanjutnya dipanaskan dan
didestilasi.Gas ammonium yang telah ditampung dalam larutan penampung yang
larut kembali menjadi ion ammonium.
v
Sejumlah
ammonia yang telah ditampung ditentuka melalui titrasi dengan larutan baku dan
selanjutnya dibuat perhitungan
1. Tahap
Destruksi
Sampel
dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi
unsure-unsurnya. Elemen karbon dan hydrogen teroksidasi menjadi CO, CO2,
dan HgO. sedangkan nitrogen (N) dalam
sampel akan diubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9 gram asam sulfat, sedangkan untuk 1
gram lemak diperlukan 17,8 gram asam sulfat. Untuk mempercepat proses destruksi
sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan
H2O (20 :1). Gunning
menganjurkan penggunaan K2SO4 atau CuSO4 dapat mempercepat proses destruksi. Tiap 1
gram K2SO4 dapat menaikkan titik didih
3°C. suhu destruksi 370 - 410°.
2. Tahaap
Destilasi
Dalam
tahap destilasi , ammonium sulfat yang larut dalam air diubah menjadi ammonia
(NH3)yang berbentuk gas dengan penambahan NaOH sampai alkalis (pH dinaikkan)
dan dipanaskan.
Asam
standar yang dapat dipakai adalah asam klorida atau asam borat 4 % dalam jumlah
yang berlebihan.
·
Apabila
asam klorida sebagai penangkap ammonia maka reaksi yang terjadi selama destilasi
adalah sebagai berikut
NH3 +
HCl
NH4Cl
·
Apabila
asam borat sebagai penangkap ammonia maka reaksi yang terjadi selama destilasi
adalah sebagai berikut :
NH3 + HBO2 NH4BO2
3. Tahap
Titrasi
·
Apabila
penampung destilat digunakan asam klorida
maka sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan ammonia dititrasi
dengan NaOH standar (0,1). Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna
larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan
indicator fenolftalein. Selisih jumlah titrasi blanko dan sampel merupakan
jumlah ekivalen nitrogen.
HCl
+ NaOH NaCl + H2O
mL NaOH (blanko – sampel)
% N
= x N. NaOH x
14,008 x 100%
Berat sampel (g) x 1000
·
Apabila
penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida
0,1 N dengan indicator campuran (brom kresol hijau dan metal merah). Akhir dari
titrasi ditandai dengan perubahan warna biru menjadi merah muda. Selisih jumlah
titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah ekivalen nitrogen.
NH4BO2 +
HCl NH4Cl + HBO2
mL
HCl ( sampel – blanko)
%N = x
N. HCl x 14.008 x 100%
Berat sampel (g) x 1000
Setelah diperoleh %N selanjutnya
dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu factor. Besa r perkalian N menjadi protein tergantung
pada persentase N yang menyusun proteindalam suatu bahan. Besarnya factor
perkalian untuk beberapa bahan disajikan dalam table berikut :
Tabel
factor konversi N beberapa bahan pangan
Bahan
|
Faktor
Konversi
|
Bir, sirup, biji-bijian, ragi
|
6,25
|
Buah-buahan, the, anggur,malt
|
6,25
|
Makanan ternak
|
6,25
|
beras
|
5,95
|
Roti,gandum,macaroni,mie
|
5,70
|
Kacang tanah
|
5,46
|
kedele
|
5,75
|
kenari
|
5,18
|
susu
|
6,38
|
gelatin
|
5,55
|
LEMBAR
KERJA V
PENENTUAN
N TOTAL DENGAN METODE SEMIMIKRO KJELDAHL
Metode : Semimikro Kjeldahl. SNI 01- 2891- 1992
butir 7 Cara uji makanan dan
Minuman
Prinsip : Senyawa Nitrogen diubah menjadi ammonium
sulfat oleh H2SO4 pekat
Amonium
su;fat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang
Dibebaskan
diikat dengan asam borat kemudian dititer dengan larutan baku
Asam.
Alat : 1. Neraca Analitik
2. Spatula
3. Labu Kjeldahl
4, Digestor
5. Labu ukur 100 mL
6. Corong saring
7. Pipet tetes
8. Pipet volum 5 mL
9. Erlenmeyer
10.Alat
Destilasi
11.
Buret
12.
Pipet ukur 25 mL
13.
pipet ukur 10 mL
Bahan : 1. Selenium campuran
2.
asam sulfat pekat
3. Brom kresol hijau
4. Metil merah
5. Indikator fenolftalein
6. NaOH 30 %
7. Asam Borat 2 %
8. HCl 0,01 N
9. Aquadest
Langkah
Kerja
1. Timbang dengan seksama 0,51 gram sampel, masukkan
kedalam labu kjeldahl 100 mL
2. Tambahkan 2 gram campuran
selenium dan 25 mL H2SO4 pekat
3. Panaskan diatas penangas listrik
atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan ( ± 2
jam )
4. Biarkan dingin, kemudian encerkan
dan masukkan kedalam labu ukur 100 mL. tera sampai batas
5. Pipet 5 mL larutan dan masukkan
kedalam alat penyulingan, tambahkan 5 mL NaOH 30 % dan beberapa tetes indicator
fenolftalein.
6. Suling selam lebih kurang 10
menit, sebagai penampung gunakan 10 mL asam borat 2 % yang telah dicampur indicator
campuran.
7. Bilas ujung pendingin dengan
aquadest
8. Titer dengan HCl 0,01 N
9. Kerjakan penetapan Blanko
Perhitungan :
( V1
– V2) x N HCl
x 0,014 x
fk x fp x
100
Kadar Protein =
W
V1 = volume
titrasi sampel
V2 = volume
titrasi blanko
N HCl = volume HCl yang
telah distandarisai
fk = factor
konversi
fp = factor
pengenceran
W = berat sampel
Table
Pengamatan
Kode
|
W
|
V1
|
V2
|
N HCl
|
fk
|
fp
|
% Protein
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LEMBAR
KERJA VI
Penentuan N Total dengan Metode
Gunning
Metode : Gunning
Prinsip : Senyawa Nitrogen
diubah menjadi Amonium Sulfat oleh H2SO4 pekat.
Ammonium
sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang
Dibebaskan
diikat dengan asam klorida dan kemudian dititer dengan larutan baku
NaOH.
Alat : 1. Neraca analitik
2. SpatulaS
3. Labu Kjeldahl
4. Digestor
5. Pipet tetes
6. Pipet Volume 5 mL
7. Erlenmeyer
8. Alat destilasi
9. Buret
10.
Pipet Ukur 25 mL
11.
Pipet ukur 10 mL
Bahan : 1. K2S
2. Na2SO4 anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. CuSO4
5. Fenolftalein
6. NaOH 45 %
7. Zn
8. NaOH 0,1 N
9. HCl 0,1 N
10.
Aquadest
Langkah
Kerja
Ø Timbang 0,7 – 3,5 gram cuplikan,
masukkan kedalam labu Kjeldahl 100 mL.
Ø Tambahkan 10 gram K2S
atau Na2SO4 anhidrat dan 15 – 25 mL H2SO4
pekat. Bila destruksi sukar dilakukan
tambahkan 0,1 – 0,3 gram CuSO4 dan digojok.
Ø Panaskan diatas penangas listrik
atau api pembakar mula-mula dengan api kecil dan setelah asap hilang, api
dibesarkan sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan (± 2 jam)
Ø Biarkan dingin , kemudian
encerkan dan tambahkan 200 mL aquadest dan 1 gram Zn serta larutan NaOH 45 %
sampai cairan bersifat basa.
Ø Destilasi sampai semua amoniak
menguap. Destilat ditampung dalam
Erlenmeyer yang berisi 100 mL HCl 0,1 N yang telah diberi beberapa tetes
indicator fenolftalein 1 %. Destialsi
berakhir setelah volume mencapai 150 mL atau tidak lagi bersifat basa.
Ø Kelebihan HCl 0,1 N dalam
destilat dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N.
Ø Kerjakan penetapan Blanko.
Perhitungan
:
(V2
– V1) x N NaOH
x 14,008 x fk
Kadar Protein = x 100
W x 10
V1 = Volume titrasi sampel
V2 = Volume titrasi blanko
N
NaOH = Normalitas NaOH yang telah distandarisasi
Fk = factor konversi
W = berat sampel
Table Pengamatan
kode
|
W
|
V1
|
V2
|
N NaOH
|
fk
|
% Protein
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. ANALISIS
KADAR KARBOHIDRAT
A.
KARBOHIDRAT
Karbohidrat
adalah polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Nama karbohidrat digunakan pada
senyawa-senyawa dengan rumus empiris CnH2nOn yaitu karbon yang mengalami
hidratasi.
Dialam karbohidrat merupakan
hasil sintesis dari CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan hijau daun
(klorofil). Hasil fotosintesa ini
kemudian mengalami polomerisasi menjadi pati dan senyawa-senyawa bermolekul
besar lain yang menjadi cadangan makanan pada tanaman.
Secara
alami ada tiga bentuk karbohidrat penting yaitu ;
1. Monosakarida
2. Oligosakarida
3. Polisakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat yang
paling sederhana. Monosakarida sedikit dijumpai dialam karena tidak digunakan
sebagai cadangan makanan seperti polisakarida. Monosakarida untuk makanan dan
obat-obatan seperti glukosa dan fruktosa sering dibuat dari jagung , ketela dan lain-lain.
Bentuk
umum oligosakarida adalah disakarida yang terjadi dari proses kodensasi dua
molekul monosakarida,contoh adalah sukrosa. Mono dan disakarida memiliki rasa
manis. Oleh karena itu disebut sugar atau gula. Glukosa (gula anggur) dan fruktosa
(gula buah) merupakan contoh monosakarida
yang banyak dijumpai dialam. Contoh –contoh dari disakarida antara lain
sukrosa (gula tebu,bit) dan laktosa (gula susu).
Polisakarida merupakan kelompok
karbohidrat yang paling banyak dijumpai dialam
yang terbentuk dari ratusan bahkan ribuan unit monosakarida. Sebagian polisakarida membentuk struktur
tanaman yang tidak larut misalnya selulosa dan hemiselulosa. Sebagian lagi membentuk senyawa cadangan
berbentuk pati dalam tanaman atau glikogen pada sel-sel hewan.
B. Analisa
Karbohidrat
Ada berbagai cara untuk
menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan antara lain dengan
·
Cara
kimia
·
Cara
fisik
·
Cara
enzimatik (biokimia)
·
Cara
kromatografi
Berbagai cara diatas dilakukan
untuk mengetahui jumlah kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi suatu
bahan makanan, penentuan sifat fisis, atau kimiawinya yang berkaitan dengan
kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya.
Penentuan karbohidrat yang paling
mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximat
analysis) atau disebut juga Carbohydrate
by Difference. Yang dimaksud dengan
proximate analysis adalah suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk
serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan sebagai
berikut :
% karbohidrat =
100% - % (protein + lemak + abu + air)
Perhitungan Carbohydrate by
Difference adalah penentuan karbohidrat dalam makanan secara kasar, hasilnya
biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan.
C. Uji
Kuantitatif Karbohidrat
Penentuan
karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan
perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh
monosakarida. Untuk keperluan ini maka
bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan tertentu. Penetuan
monosakarida yang dihasilkan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara
Kimiawi
a.
Metode oksidasi dengan Cupri
Metode ini berdasarkan reduksi
cupri oksida menjadi kupro oksida dengan adanya gula reduksi. Pereaksi metode ini terdiri atas campuran
kupri sulfat, Na-karbonat dan asam sitrat (pereaksi Luff) atau campuran cupri
sulfat danapan kupri oksid K-Na-tartrat (pereaksi soxhlet) K-Na-tartrat
berfungsi mencegahpengendapan cupri oksida dalam larutan pereaksi. Kupri sulfat berfungsi sebagai oksidator.
Kupri sulfat dengan gula reduksi akan mengalami reduksi yang menghasilkan
endapan berwarna merah bata. Jumlah endapan kupro oksida ekivale dengan
banyaknya jumlah gula reduksi dalam sampel.kupro oksida yang terbentuk dapat diketahui
dengan cara peninbangan setelah pengeringan atau melarutkan kembali kupro
oksida dan selanjutnya dititrasi. Penentuan gula reduksi dalam larutan yang
sering dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Cara Luff Schoorl
2. Cara Munson Walker
3. Cara Lane-Eynon
b.
Metode
Oksidasi dengan larutan ferisiannida alkalis
c.
Metode
Iodometri
2. Cara Enzimatis
a.
Cara Kromatografi
3. Cara Fisis
1. Cara
Luff Schoorl
Penentuan gula dengan cara Luff
Schoorl yang ditentukan bukan kuprooksida yang mengendap tetapi dengan
menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum sebelum direaksikan dengan gula
reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi
(titrasi sampel). Titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Selisih titrasi blanko
dengan titrasi sampel ekiuvalen dengan kuprioksida yang terbentuk dan juga
ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan.
2. Cara
Munson Walker
Menentukan banyaknya kuprioksida
yang terbentuk dengan penimbangan atau melarutkan kembali dengan asam nitrat
lalu mentitrasinya dengan tiosulfat. Jumlah
kuprioksida yang terbentuk ekuivalen dengan gula reduksi dalam larutan.
3. Cara
Lane-Eynon
Penetuan gula dengan menitrasi
pereaksi Soxhlet (larutan CuSO4, K-Na-tartrat) dengan gula
yang akan dianalisis. Banyaknya larutan sampel yang dibutuhkan untuk menitrasi
pereaksi soxhlet menunjukkan banyaknya gula dalam sampel dengan melihat table
Lane-Eynon.
LEMBAR KERJA VII
1. Metode : Luff Schoorl
2.
Prinsip :
Hidrolisis Karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi
Cu+ Kelebihan Cu2+ dapat dititer secara iodometri.
3.
Alat
dan Bahan
Alat :
·
Neraca
analitik
·
Erlenmeyer
500 mL, 250 mL
·
Pendingin
tegak
·
Labu
ukur
·
Corong
·
Buret
·
Hot
plate
·
Pipet
gondok 10 mL, 25 mL
·
Gelas
ukur
·
Pipet
tetes
·
Kertas
saring
Bahan
·
HCl
3 %
·
NaOH
30 %
·
CH3COOH
3 %
·
KIO3
·
Kertas
lakmus
·
Larutan
KI 20%
·
Larutan
H2SO4 25%
·
Larutan
H2SO4 4N
·
Larutan
tiosulfat 0,1 N
·
Indicator
kanji / amilum 0,5 %
·
Table
Luff Schroorl
4. Pembuatan
Larutan
a. Pereaksi
Luff Schoorl
Larutkan
143,8 gr Na2CO3 anhidrat dalam 300 mL air suling. Sambil
diaduk tambahkan 50 gr asam sitrat yang telah dilarutkan dengan 50 mL air
suling. Tambahkan 25 gr CuSO45H2O yang telah dilarutkan dengan 100 mL air
suling. Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1 liter, tepatkan sampai
tanda batas dengan air suling dan kocok. biarkan semalam dan saring bila perlu.
Larutan Luff Schoorl harus mempunyai pH 9,3 – 9,4.
b. Larutan
KI 20%
Timbang
20 gr KI dengan air suling sampai 100 mL.
c. Larutan
amilum 0,5%
Timbang
0,5 gr amilum, larutkan dengan air suling panas sampai 100 mL.
5. Pembakuan
larutan tiosulfat 0,1 N
Timbang
0,1 gr KIO3 kedalam larutkan
dengan 25 mL air suling. Tambahkan 5 mL larutan KI 20% dan 5 mL H2SO4
2N. titrasi cepat dengan larutan tiosulfat 0,1 N sampai larutan berwarna
kuning. Tambahkan 5 mL amilum 0,5%
lanjutkan titrasi sampai larutan biru menjadi tidak berwarna.
6. Penentuan
Karbohidrat
a.
Timbang
dengan seksama lebih kurang 5 gr cuplikan kedalam Erlenmeyer 500ml
b.
Tambahkan
200 ml larutan HCl 3% didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak.
c.
Dinginkan
dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus atau fenolftalein)
dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana sedikit asam.
d.
Pindahkan
isinya kedalam labu ukur 500 mL dan impitkan hingga tanda batas , kemudian
saring.
e.
Pipet
10 mL saringan kedalam Erlenmeyer 500 mL, tambahkan 25 mL larutan Luff (dengan
pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 mL air suling.
f.
Panaskan
campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih
dalam waktu 3 menit (gunakan stop watch). Didihkan terus selama 10 menit
dihitung dari saat mulai mendidih dan gunakan stop watch) kemudian dinginkan
dalam bak yang berisi es.
g.
Setelah
dingin tambahkan 15 mL larutan KI 20%, dan 25 mL H2SO4
25% perlahan-lahan.
h.
Titer
secepatnya dengan larutan tio 0,1 N (gunakan larutan indicator amilum0,5%)
i.
Kerjakan
juga Blanko.
7. Table
data
a.
Standarisasi
larutan tiosulfat 0,1 N
NO
|
W
KIO3
|
V
Na2S2O3 (mL)
|
N
NA2S2O3
|
N
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. Analisa
sampel
Ws
|
V Na2S2O3
(mL)
|
Mg gula tabel
|
% KH
|
%
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
Perhitungan
Mg
gula x
N tio/0,1 x fp
Kadar
karbohidrat = x 100% x
0,9
Ws x 1000
Ws = bobot
cuplikan (mg)
Mg gula = glukosa yang
terkadang untul mL tio yang dipergunakan (mg)
Table
Luff Schoorl
Fp = factor
pengenceran
I.STERILISASI
Sterilisasi
adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala
macam bentuk kehidupan, terutama mikroba.
Dalam praktek sterilisasi
alat-alat atau media dapat dikerjakan secara mekanik (misalnya dengan cara penyaringan),
secara kimia (menggunakan desinfektan), atau secara fisik (dengan pemanasan,
sinar Ultra violet, sinar X dan lain-lain).
Cara sterilisasi yang digunakan
tergantung kepada macam dan sifat bahan yang disterilkan (misalnya ketahanan
terhadap panas, bentuk bahan yang disterilkan : Padat, cair, atau gas).
1. Sterilisasi
Secara Fisik
Sterilisasi
secara Fisik merupakan sterilisasi yang sering dipakai.Sterilisasi dengan cara
ini ada 5 cara :
a.
Pemijaran
b.
Udara
panas
c.
Uap
air bertekanan
d.
Uap
air panas
e.
Sinar
Radio aktif
a. Pemijaran
Cara
ini dipakai untuk sterilisasi jarum platina/Ose yang terbuat dari Platina atau
Nikrom. Caranya dengan membakar alat-alat etrsebut diatas lampu spirtus/Bunsen
sampai pijar.
b. Udara
Panas/Kering
Alat
yang dipakai adalah hot air sterilizer/ovin dipakai untuk sterilisasi alat-alat
dari gelas seperti Erlenmeyer, petridish, tabung reaksi,pipet dan lain-lain.
Bahan-bahan seperti kapas, kertas, kain juga dapat disterilkan dengan alat ini.
Suhu yang digunakan berkisar 170 - 180° C selama 2 – 3 jam. Lamanya sterilisasi
dengan cara ini tergantung pada jumlah alat-alat yang disterilkan dan
ketahanannya terhadap panas.
c. Uap
Panas
Bahan-bahan
yang disterilkan dengan cara ini umumnya adalah “ Media” yang tidak tahan
terhadap “suhu tinggi” : alatnya disebut alat sterilisasi Arnold.
Caranya
: Sterilkan bahan pada suhu 100° C selama 80 menit untuk mematikan sel
vegetative mikroorganisme kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar
untuk menumbuhkan spora-spora. Ulangi cara tersebut untuk ke 3 kalinya pada
bahan dengan suhu dan waktu yang sama.
Dengan cara ini diharapkan akan benar-benar menjadi steril.
d. Uap
Air Panas Bertekanan
Alat
yang digunakan namanya “ autoklaf “ ( picesum cooker ) . Sterilisasikan dengan
cara ini merupakan cara sterilisasi yang paling baik jika di bandingkan dengan
cara – cara lainnya. Alat – alat dan bahan – bahan yang dapat di sterilkan
dengan cara ini adalah alat – alat dan bahan – bahan yang tidak akan rusak
karena pemanasan dan tekanan tinggi .
Caranya
: autoklaf diisi air kira – kira 1,5-2 liter kemudian di panaskan . Alat dan
bahan yang akan di sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf . Apabila media yang
akan di sterilkan dalam tabung reaksi atau Erlenmeyer, perlu di tutup rapat
dengan kapas kemudian di bungkus dengan sampul setelah itu tutup autoklaf , di
pasang dan skrup – skrup nya di kencangkan . Keran pengatur tempat keluar nya
uap air di biarkan terbuka sampai uap air keluar . Hal ini di maksud agar –
agar di dalam alat – alat tersebut tidak ada udara lagi yang dapat mengacaukan
pembacaan suhu atau tekanan , selanjutnya keran pengatur keluarnya uap air di
tutup dan di biarkan sampai tekanan di dalam naik. Suhu atau tekanan yang
digunakan tergantung dari alat/bahan yang digunakan adalah 15-20 psi ( 1,5 -2 atm
) dan waktu 15 – 30 menit . Apabila
sterilisasi sudah selesai maka listrik / apinya dimatikan . Keran uap di
biarkan sampai angka 0 baru kemudian autoklaf di buka .
2. Sterilisasi
Secara Mekanik
·
Saringan
Bahan
– bahan cair yang sangat peka terhadap pemanasan ( misalnya : serum darah )
atau media cair yang relative tidak tahan terhadap pemanasan yang tinggi harus
di sterilkan dengan cara penyaringan untuk keperluan ini dipakai alat yang
disebut penyaring bakteri ( filter bakteri ) .
a. Penyaring
Bekefeld
Alat
penyaringanya terbuat dari tanah diatomac dengan 3 porositas V ( Viet = Kasar )
,N ( Normal ) , W ( Weing = halus ) yang biasa dipakai yang mempunyai porositas
N dan W.
b.
Penyaring Chamberland
Alat saringannya terbuat dari
porselen yang dilapisi email. Porositasnya filter L1,L2,L3…,L13.
Dimana : L1 paling kasar
L2 paling halus
Yang
biasanya dipakai L3
c. Penyaring
Seitz (penyaring asbes)
Alat
penyaring terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan saringan asbes selulosa
yang dapat diganti.
d. Penyaring
Mendler
Penyaring
ini terbuat dari 60-80 % diatomae, 10-15 % plaster of paris (CaSO4).H2O.Perbandingan
ini tergantung dari besar kecilnya pori yang diinginkan.
e. Penyaring
Fritted Glass
Penyaring
ini terbuat dari serbik gelas (fritted glass) yang halus didalam cetakan yang
berbentuk cakram (disk) kemudian dipanaskan sampai suhu tinggi sehingga cakram
berpori. Porositasnya ada 5 tingkat yaitu
EC
(ekstra kasar), C (kasar), M (medium), UF (ekstra halus), F (halus).
e. Penyaring
Asbes
Asbes
ditekan menjadi bentuk cakram tipis dengan dijepit melalui logam yang rata.
f.
Penyaring Jenkin
Penyaring
ini menggunakan lapisan logam karet penghubung dan balok penyaring yang terbuat
dari porselen.
g. Penyaring
Ultra
Digunakan
untuk memisahkan koloid-koloid. Penyaring Ultra menggunakan koloidon dan
digunakan untuk memisahkan virus.
3. Sterilisasi
Secara Kimia
Bahan
kimia yang sering digunakan adalah
a. Fenol
Fenol
dan turunannya (metal fenol dan dimetil fenol) bersifat merobek membrane sel
dan mendenaturasikan protein, yang mengakibatkan mikroorganisme menjadi mati.
b. Alkohol
Alkohol
dapat mendenaturasikan protein dan melarutkan lemak sehingga dinding sel rusak
dan plasma membengkak mengakibatkan mikroorganisme mati.Etanol sangat efektif
pada konsentrasi 50-70%.
c. Halogen
Jenis
halogen yang sering digunakan untuk sterilisasi
adalah Yodium, dan klor serta senyawanya contoh kaporit (NaOCl).
Kepekaan dan Keaktifan zat kimia
terhadap Mikroorganisme
NO
|
Bahan
|
Konsentrasi
|
Keaktifan
|
1.
|
Formalin + Alkohol
|
8 % + (60-70%)
|
Tinggi
|
2.
|
Formalin
|
3-8 %
|
Sedang tinggi
|
3.
|
Yodium tinklor
|
0,6 – 70 %
|
Sedang
|
4.
|
Alkohol
|
70 – 90 %
|
Sedang
|
5.
|
Kaporit
|
4 – 5 %
|
Sedang
|
6.
|
Fenol
|
0,5 – 3 %
|
Rendah sedang
|
II.
MEDIA
Media adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan
mikroba. Dengan menggunakan berbagai media dapat dilakukan isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mokroba.
Supaya
mikroba dapt tumbuh dengan baik dalam suatu media maka suatu media harus
memenuhi syarat-syarat antara lain :
1.
Harus
mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba
2.
Harus
mempunyai tekanan osmose, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan.
3.
Tidsk
mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4. Harus dalam keadaan steril
sebelum digunakkan, agar mikroba yang diinginkan dapat tumbuh baik.
A. Macam
– Macam Media
Media dapat di golongkan
berdasarkan atas :
1.
Media
berdasarkan susunan zat kimia
2.
Media
berdasarkan sifatnya
3.
Media
berdasarkan konsistensinya / wujudnya / fasa
4.
Media
berdasarkan fungsinya / kegunaannya
1. Media
berdasarkan susunan zat kimia
a.
Media
Anorganik yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik
b.
Media
Organik yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan organic
c.
Media
sintetik (media buatan) yaitu media yang susunan kimianya diketahui denhgan
pasti, media ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhanmakanan suatu
mikroorganisme contoh media Bushel HaS2.
d.
Media
non sintetik adalah media yang tidak diketahui pasti susunan kimianya dan
biasanya terdiri dari bahan-bahan alami seperti kentang, nutrient kaldu, dan
telur. Media ini biasanya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi
mikroorganisme.
2. Media
berdasarkan sifatnya
a.
Media
umum yaitu suatu media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
bermacam-macam mikroorganisme, contoh media kentang.
b.
Media
khusus yaitu media yang hanya digunakan untuk menumbuhkan macam-macam
nikroorganisme saja contoh EMB agar (Eosin Metyl Blue) untuk menumbuhkan Escherichia coli.
c.
Media
Eklusif yaitu media yang hanya bias ditumbuhi oleh suatu jenis mikroorganisme
sedang mikroorganisme lainnya mati.
3. Media
berdasarkan Konsistensinya / wujudnya / fasa
a.
Media cair yaitu media yang berbentuk cair
b.
Media Padat yaitu media yang berbentuk
padat. Media ini dapat berupa bahan organi alamiah misalnya terbuat dari
kentang, wortel, dengan ditambahkan agar-agar sebagai zat pemadat atau juga
dari bahan anorganik masalnya silica gel.
c.
Media semi padat atau semi solid yaitu media padat yang dpat
dicairkan. Media ini dalam keadaan panas berebntuk cair sedangkan dalam keadaan
dingin berbentuk padat, contoh media agar dan media broth (kaldu).
4. Media
berdasarkan Fungsinya / Kegunaannya
Pembuatan
media ini dimaksudkan untuk tujuan khusus yaitu pengenalan, perhitungan, dan
isolasi mikroorganisme tipe-tipe tertentu. Contoh media ini antara lain :
a.
Media Diperkaya yaitu media yang ditambah dengan
zat-zat tertentu misalnya serum darah, ekstrak tanaman. Media ini digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme yang bersifat heterotrof.
b.
Media Selektif yaitu media yang ditambahi zat
kimia tertentu untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lainnya atau media ini
dapat memberikan nutrient yang cukup untuk prtumbuhan mikroorganisme lainnya
yang tidak diharapkan contoh media yang mengandung Kristal violet untuk
menumbuhkan bakteri Gram.
c.
Media Difrensial yaitu media yang ditambahi zat
kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroorganisme membentuk pertumbuhan
untuk mengadakan perubahan tertentu dapat dibedakan tipe-tipenya. Contoh media
agar darah untuk membedakan baketri Hemolitik dan Nonhemolitik.
d.
Media Penguji (assay / asei) yaitu media dengan susunan
tertentu yang digunakan untuk pengujian vitamin-vitamin, asam amino dan
antibiotic.
e.
Media Perhitungan Jumlah Mikroorganisme yiatu
media spesifik yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme dalam
suatu bahan.
Beberapa
contoh media Diperkaya, Media Selektif, dan Media Difrensial
1. Agar
Darah / Blood Agar
Media
Difrensial yang digunakan untuk membedakan beberapa bakteri pathogen, dan
bakteri hemolitik.
2. Endo
Agar
Media
yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang hidup diusus.
3. EMB
(Eosin Methylen Blue)
Media
yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang termasuk golongan Entero
Bakteriaceae dan campuran species-species bakteri berbentuk Koloform.
4. Mac
Conkey Agar
Digunakan
untuk seleksi dan penumbuhan bakteri Entero bakteri dan bakteri gram.
5. Brilliant
Green Agar
Untuk
menumbuhkan bakteri Gram, Enterobakteriaceae salmonella
6. GLBB
Untuk
menumbuhkan bakteri gram dan enterobakteriaceae
7. Manitol
Salt Agar (MSA)
Untuk
mendeteksi asam yang dihasilkan oleh Staphylococcus.
8. Axida
Dextrose Broth (ADB)
Untuk
bakteri Gram +
9. Violet
Red Bilentuk bakteri Gram –
10. Salmonella
Shigella Agar (SSA)
Untuk
bakteri Gram – dan Enterobakteriaceae
11. Selenit
Broth untuk isolasi Salmonella
12. Gram
Negatif Broth (GNB)
Untuk
menumbuhkan bakteri Salmonella dan Shigella
13. Deoxycholate
Citrat Agar
(DCA) untuk mengisolasi spesies dari kelompok Enterobakteriaceae salmonella
14. TSI
(Triple Sugar Iron)
untuk membedakan jenis Enterobakteriaceae.
LANGKAH
- LANGKAH PEMBUATAN MEDIA
1. Mencampur
Bahan
Garam
dan bahan-bahan lain dilarutkan dalam Aquades kemudian dipanaskan dalam
penangas air sehingga larut.
2. Menyaring
Medium
Beberapa
media kadang-kadang perlu disaring dengan kertas saring, kain dan kapas. Untuk
media agar atau gelatin penyaringan harus dilakukan sewaktu media masih panas.
3. Menentukan
dan Mengatur pH
Penentuan
pH suatu media cair dapat dilakukan secara kolori metri dengan menggunakan
kertas indicator universal dan komparator blok secara potensiometrik
menggunakan pH meter.
4. Memasukkan
Media Dalam Wadah
Sebelum
media disterilkan kedalam tabung reaksi steril atau ketempat lain yang steril kemudian
ditutup dengan kapas dan bagian kapasnya dibungkus kertas sampul (perkamen)
supaya jangan basah waktu disterilkan.
5. Sterilisasi
Media
Sterilisasi
tergantung pada jenis media yang digunakan.
Beberapa Media Yang Digunakan
Untuk Identifikasi
A. Endo
Agar
Persenyawaan utama dalam media
ini adalah Lactosa, Na Sulfit, Basicfuhsin. Sifat pertumbuhan pada koloni Endo
Agar adalah untuk bakteri yang memfermentasikan Lactosa terlihat koloni
berwarna merah metalikdan dikelilingi media yang berwarna kemerahan.Untuk
bakteri yang tidak memfermentasikan Lactosa maka koloni terlihat warna terang,
tembus tak berwarna dan dikelilingi oleh media yang berwarna merah
B. Brilliant
Green Agar
Media ini banyak digunakan untuk
Isolasi dan Identifikasi Salmonella dari tinja dan bahan makanan. Indikator
yang digunakan adalah fenol yang berwarna merah
dalam suasana basa dan berwarna kuning dalam suasana asam.
Sifat
Pertumbuhan Koloni pada Agar
NO
|
Jenis
Bakteri
|
Sifat
Pertumbuhan Koloni
|
1.
|
Salmonella
|
Koloni berwarna merah muda dikelilingi
oleh medium berwarna merah
|
2.
|
Proteus
|
Koloni berwarna merah tanpa
penyebaran
|
3.
|
Pseudomonas
|
Koloni berwarna merah dengan
permukaan menjorok kebagian dalam
|
III.
ISOLASI MIKROBA
Populasi
mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks.
Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat
dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai
contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan beribu- ribu mikroorganisme. Satu gram tinja dapat mengandung jutaan
bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air, maupun udara juga dihuni
oleh kumpulan mikroorganisme Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme
dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran
yang rumit ini, atau yang biasanya dikenaldengan istilah biakan campuran,
menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan
murni in teerdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk(Pelczar,
1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan
air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis
mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir,kapang dan sebagainya. Populasi
dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehingga dalam
mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni
yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk
suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat
mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik. Atau untuk
mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992). Pemindahan
bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah
inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan
agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan
pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya
kontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan
yang tumbuh di dalam medium adalah benar-benar biakan murni (Dwidjoseputro,
1990). Di dalam keadaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri
yang hidup secara tersendiri terlepas
dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama
dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapacara,
yaitu (Dwidjoseputro, 1990) :
1. Dengan
pengenceran
Cara
ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara
Streptococcuslactis dalam piraan murni yang diisolasi dari sampel susu Yang
sudah masam.
Suatu
sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan
dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di
ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan
lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk
disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan
beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga
kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat
kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang
kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan
penuangan
Robert
Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikit sampel
campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di
dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian
dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka
selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat
dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan
diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
Ada
beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium
diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode cawan gores
Metode
ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-
baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut
dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan
pemisahan sel- sel
yang
digores.
2. Metode cawan tuang
Cara
lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di
dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara
cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas
permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun
tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi. Proses pemisahan/pemurnian
dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal
dengan Isolasai Mikroba.
Terdapat
berbagai cara mengisolasi mikroba, menurut (Admin, 2008) :
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip
pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap
koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar
cawan, yaitu:
·
Metode
gores kuadran, dan metode agar cawan tuang
·
Metode
gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satusel.
·
Metode
agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium
agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian
dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir
mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode
isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini
juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin
tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3)
Isolasi sel tunggal
Metode
isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian
sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus
ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
LEMBAR KERJA VIII
JUDUL : Teknik
Isolasi Mikroba
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen, enkas, ikubator, ose
dan mikropipet.
2. Bahan
Bahan
yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Biakan Escherichia coli, Biakan Staphylococcus
aureus, biakan Lactobacillus, Larutan tanah, medium nutrient agar padat,
aquadest, spiritus, alkohol, swab dan korek api
Cara
Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.
Isolasi mikroba di sekitar kita
o
Cawan
petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan.
o
Kemudian
dengan menggunakan swab, mengambil kotoran gigi, kotoran belakang
o
Sebelum
dilakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
menggunakan alkohol 70%.
o
Setelah
itu masing- masing sampel dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi
medium NA.
o
Melidahapikan
mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
o
Kemudian
membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu menginkubasi ke dalam
inkubator selama 24- 48 jam. Mengamti perubahan yang terjadi.
2.
Isolasi mikroorganisme dari substrak cair
o
Cawan
petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan. Lalu
memasukkannya kedalam enkas bersama dengan Biakan Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, dan Lactobacillus pada media cair.
o
Sebelum
melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
o
Mengambil
masing- masing biakan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 mL,
lalu diratakan pada permukaan medium sesuai dengan label.
o
Melidahapikan
mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
3. A.Isoalsi
dengan cara penuangan
o
Cawan
petri steril, masing- masing diberi label sesuai perlakuan lalu meletakkan di dalam
enkas bersama dengan medium NA yang cair.
o
Sebelum
melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
o
Mengambil
masing- masing biakaan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL.
o
Melidahapikan
cawan petri terlebih dahulu kemudian memasukkan biakan bakteri ke dalam cawan
petri steril lalu menuangkan medium NA cair.
o
Menutup
cawan petri kemudian melidahapikan dann menggoyangkan dengan cara memutar agar
merata.
o
Medium
setelah padat lalu menginkubasi sdelama 24- 28 jam dengan posisi terbalik pada
suhu 37°C.
3. B.
Isolasi dengan cara taburan
o
Cawan
petri yang berisi medium NA masing- masing diberi label sesuai perlakuan,lalu meletakkannya
di dalam enkas.
o
Sebelum
melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
o
Dengan
menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menaburkannya di atas
medium NA padat secara merata.
o
Menutup
cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi
selama 24-28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
4.
Isolasi mikroorganisme dari substrak padat
o
Memasukkan
cawa petri steril ke dalam enkas, kemudian sebelum melakukan pengerjaan dalam
enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
o
Mengambil
larutan tanah yang telah homogen dengan menggunakan mikropipet lalu memasukkannya
ke dalam cawan petri steril lalu menuangkan medium NA.
o
Menutup
cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi
selama 24-28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
5. Isolasi bakteri dari kultur campuran
o 4 buah tabung reaksi yang
masinng- masing berisi 2 medium agar tegak dan 2 medium agar mirig dimasukkan
ke dalam enkas, setelah diberi label.
o
Sebelum
melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
o
Dengan
menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menusukkan ke dalam medium
lalu di tutup.
o
Dengan
mengunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan masing- masing digoreskan
secara zig- zag pada medium agar miring lalu di tututp
o
Membungku
tabung reaksi dengan kertas dan menginkubasinya selama 24- 72 jam dan mengamati
masing- masing perbedaannya.
IV.
PENGUJIAN AIR
Air merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup
tidak terkecuali bagi Mikroba. Air untuk keperluan keluarga dan industry
khususnya industry pangan mempunyai persyaratan tertentu, diantaranya adalah
tidak boleh mengandung bakteri pathogen yang dapat diuji secara Mikrobiologis.
Disamping untuk keperluan rumah tangga dan industry,
air yang bersal dari limbah industrypun
Harus
diteliti dan diuji agar tidak menimbulkan pencemaran bagi daerah sekitarnya.
Air
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya
bagi kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Tubuh manusia terdiri dari 65% air atau sekitar
47 liter air / orang dewasa. Setiap hari sebanyak 2,5 liter air harus diganti
dengan air yang baru. Diperkirakan dari
sejumlah air yang harus diganti sebanyak 1,5 liter berasal dari air minum dan
sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi.
Karena air merupakan bagian terpenting bagi
kehidupan manusia maka persyaratan mutu air yang pantas diminum perlu ditelaah,
demikian pula air limbah industry, perlu diperiksa keadaannya sebelum
dibuang ke sungai atau perairan bebas
lain. Dalam hal ini pengujian air secara mikrobiologis perlu dilakukan agar air
terbebas dari mikroba.
1. UJI
KOLIFORM
Bakteri
koliform digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi
terhadap air,susu dan makanan dan minuman lainnya. Adanya bakteri koliform
dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang
bersifat enteropatogenik atai enterotoksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Untuk
mengetahui koliform dalam suatu contoh biasanya digunakanmetode MPN (Most
Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik disbandingkan dengan
metode hitung cawan TPC (Total Plate Count) karena lebih sensitive dan dapat
mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah dalam contoh. Uji kualitattif koliform secara lengkap
terdiri dari :
a.
Uji
Penduga
b.
Uji
Penguat
c.
Uji
Lengkap
Uji
penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN
a. Uji
Penduga Koliform (MPN Koliform)
Ada dua cara yang dapat digunakan
dalam menghitung MPN koliform secara sensitif dalam air, yaiyu metode 7 tabung
dan 15 tabung. Pengambilan contoh pada
metode ini sebanyak 10 mL untuk tabung seri pertama, terutama untuk
contoh-contoh yang diduga kandungan koliformnya kecil, sehingga apabila contoh
yang diambil terlalu ktode ini sebanyak 10 mL untuk tabung seri pertama,
terutama untuk contoh-contoh yang diduga kandungan koliformnya kecil, sehingga
apabila contoh yang diambil terlalu kecil mungkin koliformnya tidak dapat
terdeteksi.
Jumlah
contoh pertabung
|
Jumlah
tabung durham +
Tabung
durham
|
Jumlah
medium pertabung
|
MPN 7 tabung
10 mL
1,0 mL
0,1 mL
|
5
1
1
|
10 mL (konsentrasi ganda )
10 mL (konsentrasi ganda)
10 mL (konsentrasi ganda)
|
MPN 15 tabung
10 mL
1,0 mL
0,1 mL
|
5
5
5
|
10 mL (konsentrasi ganda)
10 mL (konsentrasi ganda)
10 mL (konsentrasi ganda)
|
Untuk analisa air, dalam uji
penduga digunakan medium lactose broth (kaldu laktosa). Inkubasi dilakukan pada
suhu 35 derajat. Celcius selama 24 jam, dan tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas
diperpanjang lagi inkubasinya selama 48 jam. Jika tetap tidak terbentuk gas ,
dihitung sebagai tabung nrgatif. Jumlah
tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri.
b. Uji
Penguat Koliform ( MPN Penguat)
Terbentuknya gas dalam Lactose
broth tidak selalu menunjukkan jumlah bakteri koli karena mikroba lainnya juga
ada yang memfermentasi lactose dengan membentuk gas, seperti bakteri asam
lactate dan beberapa khamir tertentu. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
penguat pada agar EMBA (eosin methylene blue agar) dengan menggunakan jarum ose
contoh dari tabung MPN yang menunjukkan uji penduga positif (terbentuk gas)
masing-masing diinokulasikan pada agar cawan EMBA dengan cara goresan kuadran.
Semua cawan diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam. Jumlah cawan
EMBA pada masing-masing pengenceran yang menunjukkan adanya koliform dihitung.
c. Uji
Lengkap Koliform
Dari pertumbuhan koloni pada agar
cawan EMBA dipilih masing-masing koloni yang mewakili koloni fekal (mempunyai
diameter 0.5 – 1,0 mm dan berwarna gelap dengan sinar hijau metalik /
keemasan), dan satu koloni yang mewkili koliform non fekal (diameter 1,0 – 3, 0
mm, berwarna merah muda dan bagian tengah berwarna gelap seperti mata ikan).
Uji lengkap dilakukan untuk
melihat apakah isolate diambil benar merupakan bakteri koliform. Dari
masing-masing koloni dibuat pewarnaan gram dan sisanya masing-masing dilarutkan
kedalam 3 mL larutan pengencer steril. Dari
suspense bakteri tersebut diinokulasikan dengan menggunakan jarum ose kedalam
tabung berisi lactose broth dan tabung durham dan digoreskan pada agar miring
Nutrien Agar (NA). tabung diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam
dan 48 jam, dan diamati adanya pertumbuhan
dan pembentukan gas didalam lactose broth. Koloni yang menunjukkan
reaksi pewarnaan gram negative berbentuk batang dan membentuk gasdidalam
lactose broth merupakan uji lengkap adanya koliform.
Untuk mengetahui adanya bakteri
koliform pada bahan atau contoh pengujian cukup sampai disini, akan tetapi jika
akan dideteksi jenis koliform yang ada dalam contoh bisa dilakukan uji IMVIC
(Indol Methyl, Voges – Proskaeur, dan Citrate).
LEMBAR KERJA IX
JUDUL : Pengujian Kualitas Air Secara Uji Koliform
TUJUAN : Menguji
kualitas air dengan menggunakan metode
MPN
(Most Probable Number)
ALAT
DAN BAHAN : 1. ALAT
·
Tabung
reaksi
·
Tabung
durham
·
Jarum
ose
·
Cawan
petri
·
Incubator
·
Kaca
preparat
·
Lampu
spiritus
·
Mikroskop
·
Botol
pengencer
: 2.
BAHAN
·
Medium
lactose cair
·
Medium
EMBA
·
Contoh
air
·
Larutan
cristal violet
·
Larutan
mordan
·
Alcohol
95%
·
Larutan
safranin
·
Aquadest
·
Kertas
tisu/isap
KESELAMATAN KERJA
Pakailah
jas praktikum selama praktek dilakukan. Bekerjalah secara aseptis selama
kegiatan praktek karena bekerja dengan menggunakan bakteri yang bersifat pathogen
dan jagalah selalu alat-alat dan area
kerja dalam keadaan bersih dan setelah selesai maka, alat-alat kerja dan area
kerja,serta tangan harus dibersihkan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri
tersebut. Buang semua bahan / media yang tidak digunakan lagi pada tempat yang
disediakan.
CARA KERJA
Uji Penduga Koliform (MPN
Koliform)
1.
Ambilah
7 buah tabung reaksi berisi media lactose cair + tabung durham
2.
5
buah tabung ditambah 10 mL contoh air.
air, 1 tabung ditambah 0,1 mL.
3.
Inkubasikan
pada suhu 35oC selama 24 jam. Tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas dalam tabung durham. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan
gas diperpanjang lagi inkubasinnya sampai 48 jam, jika tetap tidak terbentuk
gas dihitung sebagai tabung negative.
Uji Penguat Koliform
1.
Dengan
jarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukkan uji penduga positif
(terbentuk gas) masing-masing diinikulasikan pada cawan yang berisi media EMBA
dengan goresan kuadran.
2.
Inkubasikan
pada suhu 35oC selama 24 jam.
3.
Amati
pertumbuhan pada cawan petri.
Uji
Lengkap Koliform
1.
Dari
pertumbuhan pada agar cawan EMBA, dipilih masing-masing satu koloni yang
mewakili koliform fekal dan koliform nonfekal.
2.
Dari
masing-masing koloni dibuat pewarnaan Gram,dan sisanya masing-masing dilarutkan
kedalam 3 mL larutan pengencer steril.
3.
Dari
suspense bakteri tersebut masing-masing diinokulasikan dengan menggunakan jarum
ose kedalam tabung yang berisi lactose cair dan tabung durham.
4.
Tabung
diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam dan 48 jam, dan diamati
adanya pembentukan gas dalam lactose cair.
5.
Koloni
yang menunjukkan reaksi pewarnaan gram negative berbentuk batang dan membentuk
gas didalam lactose cair merupakan uji lengkap adanya koloni koliform.
ZAT – ZAT ADITIF PADA MAKANAN
Bahan makanan yang diproses secara
besar-besaran dalam industry umumnya ditambahkan zat zat tertentu kedalamnya.
Penambahan zat –zat itu dilakukan dengantujuan tertentu , misalnya :
a.
Untuk
meningkatkan mutu. Karena dikhawatirksn terjadinya kerusakanzat-zat yang ada
dalam bahan selama dalam pemrosesan,maka ditambahkan vitamin-vitamin tertentu.
b.
Menyedapkan
rasa dan memberi aroma.
c.
Untuk
menghambat proses pembusukan.
d.
Memberi
warna agar bahan makanan menjadi lebih menarik dan Nampak masih segar.
Zat-zat atau campuran zat yang
ditambahkan dalam bahan makanan waktu
pembuatan, penyimpanan, dan pengepakan disebut zat aditif.
Penambahan
zat –zat aditif pada makanan diperbolehkan selama zat-zat yang ditambahkan ini
tidak membahayakan dan tidak merugikan pemakai. Beberapa fungsi zat aditif yang
sering digunakan pada bahan makanan antara lain :
1. Pengawet
Pengawet adalah yang ditambahkan
pada pada bahan makanan agar makanan tetap segar, baud an rasa tidak berubah.
Zat-zat yang sering digunakan sebagai pengawet antar lain :
a. Butil
Hidroksi Anisola (BHA) dan Butil Hidroksi
Toluena (BHT).
BHA
dan BHT ditambahkan pada makanan kaleng sebagai
zat anti oksidan, bertujuan untuk mencegah terjadinya peristiwa oksidasi
oleh oksigen di udara. Penambahan BHA dan BHT pada kentang menyebabkan kentang
lebih tahan lama.
b.
Natrium Benzoat, asam benzoate,
asam propionate, gas SO2.
Zat-zat ini dapat mencegah pembusukan karena mikroba-mikroba. Asam benzoate dan
asam propionate dapat membantu member rasa asam pada makanan, misalnya sari
buah,. Natrium benzoat dapat menyebabkan warna daging tetap merah segar (tidak
pucat).
2. Pemberi
rasa (penyedap rasa)
Pemberi rasa atau pnyedap rasa
ialah zat yang ditambahkan pada makanan agar makanan lebih sedap rasanya atau
mwemberi rasa tertentu misalnya pemanis. Zat-zat yang biasa digunakan sebagai
pemberi rasa antara lain :
a. Monosodium
Glutamat (MSG)
Zat
ini ditambahkan pada makanan untuk member rasa gurih pada makanan. MSG misalnya terdapat pada
vetsin.
b. Sakarin,
Dulsin, dan Natrium Siklamat
Zat-zat
ini ditambahkan pada makanan untuk member rasa manis sebagai pengganti gula
tebu. Sakarin mempunyai derajat kemanisan 500 x gula tebu. Dulsin mempunyai
derajat kemanisan 250 x gula tebu.
c. Penambah
Aroma
Zat-zat
yang digunakan kedalam makanan agar aroma dari makanan tetap seperti masih
segar. Hal ini dapat terjadi karena mungkin dalam proses pengolahan aroma
aslinya menjadi hilang atau berkurang. Sering pula zat penambah aroma
dimasukkan dalm makanan untuk tiruan saja.Umumnya zat-zat penambah aroma yang sering digunakan
adalah senyawa-senyawa dari golongan Ester.
d. Penambah
Gizi
Zat-zat
yang ditambahkan disini bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dari bahan
makanan. Hal ini dapat terjadi karena mungkin dalam proses pengolahan
mineral-mineral dari vitamin yang ada pada makanan tersebut terbuang atau
terurai karena pencucian dan sebagainya. Zat aditif yang ditambahkan untuk
meningkatkan nilai gizi bahan makanan antara lain :
Ø
Vitamin
A, B, D, misalnya pada susu
Ø
Vitamin
C pada sari buah
Ø
Mineral-mineral
tertentu seperti Ca2+, Mg2+, Fe3+ pada
berbagai jenis minuman atau makanan kaleng
Ø
Yodium
pada garam
e. Pewarna
Zat
pewarna ditambahkan pada makanan / minuman dengan tujuan menambah daya tarik
pada konsumen. Zat pewarna yang sering digunakan pada makanan hasil industry
dibedakan menjadi :
1. Bahan Pewarna Alami
Bahan
pewarna ini diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (nabati ) seperti warna hijau dari
klorofil (daun suji), warna coklat dari gula yang dihanguskan, warna ungu dari
kulit anggur, warna kuning dari wortel, dan lain-lain.Umumnya zat pewarna alami
tidak menimbulkan efek samping yang merugikan pemakai.
2. Bahan
Pewarna Sintesis
Bahan
pewarna sintesis yaitu bahan pewarna yang dibuat manusia. Ada 8 zat warna yang
diperkenankan oleh badab FDA (Food and Drug Administration) yaitu :
1.
Alluna
merah
2.
Eritrosin
3.
Biru
brilian FCF
4.
Indigo
karmin
5.
Kuning
sumzet
6.
Tartrazin
7.
Hijau
fast FCF
8.
Benzyl
violet
Pemakaian
zat warna yang berlebihan dapat membahayakan pemakainya . Diduga pemakaian zat
warna yang berlebihan dapat menimbulkan Karsinogen (penyebab kanker) Tentu saja
ke- 8 zat pewarna yang diperkenankan untuk dipakai telah diuji sebelumnya dan
dinyatakan tidak membahayakan pemakainya.
f.
Pengatur pH
Salah
satu factor yang menentukan stabil atau tidaknya komponen zat-zat dalam makanan
adalah pH dari cairan dalam makanan tersebut. Zat biasa yang digunakan untuk
menstabilkan pH larutan pada makanan adalah Natrium Karbonat.
assalamualaikum. kak mau tanya soal penentuan kadar lemak.. kenapa menggunakan ekstraksi selama 6 jam?
BalasHapusterima kasih sebelumnya..