BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat
penting. Bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia
secara umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita
semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi
kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap
belaka, melainkan bentuk dari apa saja,
misalnya interaksi, senyuman, anggukan kepala
yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang
sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi.
Organisasi atau Organization
bersumber dari kata kerja bahasa latin Organizare
“to form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated
parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang
saling bergantung atau terkoordinasi). Organisasi adalah sarana dimana
manajemen mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola
struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa
manajemen dan komunikasi. Manajemen tidak akan mungkin ada tanpa organisasi.
Manajemen ada, jika ada tujuan yang akan dicapai dan diselesaikan. Korelasi
antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang
terfokus pada manusia-manusia yng terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Tujuan organisasi juga tidak terlepas dari peran
pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menguasai komunikasi
dengan baik pula. Dengan penguasaan komunikasi yang baik seorang pemimpin
memiliki nilai tambah, baik dalam kehidupannya secara umum, maupun dalam
mengkontribusikan dirinya di tempat kerja, sehingga lebih produktif.
Komunikasi juga dikatakan sebagai inti dari
kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif dapat dicapai melalui proses komunikasi
yang dilakukan oleh pemimpin kepada anggotanya. Visi pemimpin bisa saja bagus,
namun tanpa komunikasi yang efektif, maka visi tersebut tidak akan pernah bisa
terwujud. Dalam mengkomunikasikan visi, maka pemimpin harus bisa menyampaikan
suatu gambaran di masa depan yang mendorong antusiasme serta komitmen orang
lain.
B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan,
makalah ini memiliki rumusan masalah,
yaitu :
1.
Apa pengertian
komunikasi dalam organisasi?
2.
Bagaimana proses
komunikasi dalam organisasi
3.
Apa hambatan
komunikasi dalam organisasi?
4.
Bagaimana mengatasi
hambatan komunikasi dalam organisasi?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui pengertian komunikasi dalam organisasi.
2. Mengetahui proses komunikasi dalam organisasi.
3. Mengetahui
hambatan dalam komunikasi organisasi
4. .Mengetahui bagaimana
mengatasi hambatan komunikasi dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi Dalam Organisasi
Istilah komunikasi berasal dari kata
Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik
bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agarapa
yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Komunikasi bermula dari sebuah gagasan yang ada pada diri
seseorang yang diolah menjadi sebuah pesan dan disampaikan atau dikirimkan
kepada orang lain dengan menggunakan media tertentu. Dari pesan yang
disampaikan tersebut kemudian terdapat timbale balik berupa tanggapan atau
jawaban dari orang yang menerima pesan tersebut. Dari proses terjadinya
komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai
kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada
orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya, penerima
pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang
menyampaikan pesan itu kepadanya (Agus M. Hardjana : Komunikasi
intrapersonal dan interpersonal, 2003).
Raymond S. Ross
(dalam Wiryanto, 2004: 6) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
menyortir, memilih dan mengirim simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga
membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksud oleh sang komunikator.
Everet
M. Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Wiryanto, 2004: 6) menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi
saling pengertian yang mendalam.
Definisi-definisi
diatas belum bisa mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli.
Namun, paling tidak kita memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud dengan
komunikasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Shannon & Weaver (dalam
Wiryanto, 2004: 7), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak
terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni dan teknologi.
Menurut Effendy (1992) komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan
tujuan yang diharapkan oleh si penyampai. Efek yang ditimbulkan oleh komunikasi
dapat diklarifikasikan pada :
1. Efek
Kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipersepsi
oleh komunikan atau yang berkaitan dengan pikiran dan nalar/ratio. Dengan kata
lain, pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikasi.
2. Efek afektif,
yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang berhubungan dengan
perasaan. Dengan kata lain, tujuan komunikator bukan saja agar komunikan tahu
tapi juga tergerak hatinya.
3. Efek konatif, yaitu perilaku yang
nyata yang meliputi pola–pola tindakan, kegiatan kebiasaan atau dapat juga
dikatakan menimbulkan itikad baik untuk berprilaku tertentu dalam arti kita
melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik (jasmaniah).
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan.
Gambar 1.1 Sistem Komunikasi
Organisasi
Gambar di atas melukiskan konsep
suatu sistem komunikasi organisasi. Garis yang putus-putus melukiskan gagasan
bahwa hubungan-hubungan ditentukan secara alami; hubungan hubungan itu juga
menunjukkan bahwa struktur suatu organisasi bersifat luwes dan mungkin berubah
sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan yang internal dan
eksternal.
Komunikasi organisasi terjadi
kapan pun, setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu
jabatan dalam suatu organisasi
menafsirkan suatu pertunjukkan. Karena fokusnya adalah komunikasi di antara anggota-anggota
suatu organisasi.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi (Muhammad, 1989). Komunikasi formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
B.
Proses
Komunikasi Dalam Organisasi
Proses
komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
1. Komunikasi Internal
Pertukaran gagasan di antara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang
khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam
perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen)
Dua dimensi komunikasi internal :
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari pimpinan ke
staff, dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik [two way traffic
communication].
Ø Downward Communication (komunikasi atas ke bawah).
Contoh pimpinan memberikan instruksi, petunjuk,
informasi, penjelasan, perintah,
pengumuman, rapat, majalah intern [lihat
contoh skema]
Ø Upward communication ( dari bawah ke atas ).
Contoh: staf memberikanlaporan, saran-saran,
pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan.
Hambatannya
adalah apabila saluran komunikasi dalam organisasi tidak berjalan atau
digunakan sebagaimana mestinya, karena hal ini berpengaruh terhadap operasional
organisasi ( perusahaan ). Organisasi terdiri atas sejumlah orang; melibatkan
keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan
komunikasi.
b. Komunikasi Horizontal
Adalah komunikasi mendatar,
antara anggota staf dengan anggota staf. Berlangsung tidak formal, lain dengan
komunikasi vertikal yang formal.
c. Komunikasi Diagonal [Cross
Communication]
Adalah komunikasi antara pimpinan
seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara pimpinan
organisasi [perusahaan] dengan khalayak audience di luar organisasi.
a. Komunikasi dari organisasi kepada
khalayak yang bersifat informatif
Contoh ; Majalah, Press release/ media release, Artikel
surat kabar atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi pers, dll
b. Komunikasi
dari khalayak kepada organisasi
Berbagai proses komunikasi melalui
model-model komunikasi antara lain :
1. Model Komunikasi Aristoteles
Aristoteles menerangkan
tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan
berjalan jika terdapat 3 unsur utama :
- Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan
- Apa yang akan dibicarakan (menyangkut Pesan nya itu sendiri)
- Penerima, orang yang menerima pesan tersebut.
2. Model
Komunikasi David K.Berlo
Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa
komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel,
dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan
Lingkungan.
- Source (Sumber), Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
- Message (Pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information
- Channel (Media dan saluran komunikasi), Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa. Karena, internet mencakup segalanya. Jika anda membuka www.kuliahkomunikasi.com < maka media ini bersifat massal, namun jika anda chattingh melalui yahoo messenger, maka media ini bersifat interpersonal, dan jika anda menuliskan Blog (blogging atau menulis diary), media ini bisa berubah menjadi media yang bersifat Intrapersonal (kepada diri sendiri).
- Receiver (Penerima Pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai public, khalayak, masyarakat, dll.
Proses Sekunder / Elemen Tambahan :
- Feedback (Umpan Balik), Umpan balik adalah suatu respon yang diberikan oleh penerima. Penerima disini bukan dimaksudkan kepada penerima sasaran (khalayak), namun juga bisa didapatkan dari media itu sendiri. Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah artikel kepada suatu media massa. Lalu, bisa saja kita artikel kita ternyata bagus, namun ada beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media mengembalikan artikel kita untuk di edit ulang.
- Efek, sebuah komunikasi dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah sebuah respon pada diri sendiri yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif atau positif) setelah menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang dapat mengubah pengetahuan, perasaan, dan perilaku (Kognitif, afektif, dan konatif)
- Lingkungan, adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :
·
Lingkungan
Fisik(Letak Geografis dan Jarak)
·
Lingkungan
Sosial Budaya (Adat istiadat, bahasa, budaya, status sosial)
·
Lingkungan
Psikologis ( Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika menerima pesan)
·
Dimensi Waktu (Musim,
Pagi, Siang, dan Malam)
3. Model
Komunikasi Bovee dan Thill
Bovee dan Thill dalam bukunya Bussiness Communication
Today, menjelaskan bahwa proses komunikasi merupakan tahapan dari
kegiatan. Terdapat 5 tahapan :
- Pengirim memiliki sebuah Ide/Gagasan. Komunikasi diawali dengan adanya gagasan dari seorang pengirim, yang ingin disampaikan pada penerima pesan tersebut.
- Ide Dirubah Menjadi Pesan. Ide bersifat abstrak dan tidak terstruktur, sehingga tidak dapat dibaca oleh oraglain. Maka dari itu, pengirim harus mengubah idenya tersebut menjadi sebuah pesan agar dapat dimengerti oleh orang lain. Perubahan ide menjadi suatu pesan dinamakan ENCODING.
- Pemindahan Pesan. Setelah sebuah ide diubah menjadi pesan, maka pesan teresebut harus dipidahkan kepada penerima dengan berbagai bentuk komunikasi (Verbal, Nonverbal, Lisan atau Tertulis), dan media komunikasinya (Tatap muka, telepon, surat, laporan, dll)
- Penerima menerima pesan. Penerima pesan menginterpretasikan pesan yang diterima.
- Penerima pesan mengirimkan umpan balik. Umpan balik merupakan sebuah elemen perantai pesan. Sebagai pengirim pesan, kita harus mengevaluasi apa yang sebenarnya dipikirkan oleh penerima pesan. Apakah pesan kita efektif apa tidak. Jika pesan kita ternyata tidak efektif, maka pesan harus diulang.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi
antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
- Penginterpretasian.
- Penyandian.
- Pengiriman.
- Perjalanan.
- Penerimaan.
- Penyandian balik.
- Penginterpretasian balik.
- Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi
organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi,
hubungan antara individual, dan individual dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat dan hubungannya saling bergantung meliputi arus komunikasi
vertikal dan horizontal.
Jadi
yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
pesan organisasi baik formal maupun informal dalam suatu organisasi
(Wiryanto,2005).
Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit pada suatu organisasi dalam hubungan hierarki yag saling berhubungan satu dengan yangn lainnya.
Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit pada suatu organisasi dalam hubungan hierarki yag saling berhubungan satu dengan yangn lainnya.
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan
yang dialami. Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), gangguan ini
masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45). Efektivitas komunikasi salah satunya akan
sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat
dipastikan akan menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan
komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi
tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih
kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu
diketahui juga, bahwa
komunikan harus bersifat heterogen.
Oleh karena itu, komunikator perlu memahami setiap
hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
Adapun
hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi antara lain :
1. Hambatan
Teknis
Keterbatasan fasilitas dan
peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya
temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga
saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi. Menurut dalam bukunya, 1976, Cruden dan Sherman Personel management
jenis hambatan teknis dari komunikasi :
- Tidak adanya rencana atau prosedur kerja
yang jelas
- Kurangnya informasi atau penjelasan
- Kurangnya ketrampilan membaca
- Pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.
2. Hambatan Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau secara secara efektif. Definisi semantik
sebagai studi idea atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu
proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan komunikan),
tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara
Simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik
komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang
dipakainya.
3.
Hambatan Manusiawi
Terjadi
karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang,
dll.
Menurut Cruden dan Sherman :
a. Hambatan
yang berasal dari perbedaan individual manusia.
Perbedaan persepsi, perbedaan umur,
perbedaan keadaan emosi, ketrampilan
mendengarkan, perbedaan status,
pencairan informasi, penyaringan informasi
b. Hambatan
yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas komunikasi organisasi.
D.
Mengatasi
Hambatan Komunikasi dalam
Organisasi
Beberapa solusi yang dapat
ditawarkan dalam mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam proses
komunikasi organisasi antara lain :
- Hubungan Antar Personal
Hubungan yang harmonis dengan
orang-orang lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya ataupun
dengan atasan, biasanya disebut hubungan antar persona. Suatu anailisis khusus
tentang hubungan antar pesona menyatakan bahwa kita akan berhasil menciptakan
komunikasi dalam organisasi bila melakukan hal-hal berikut ini
a.
Menjaga
kontak pribadi yang akrab tanpa menumbuhkan perasaan bermusuhan
b.
Menetapkan dan menegaskan identitas kita dalam
hubungan dengan orang lain tanpa membesar-besarkan ketidaksepakatan.
c. Menyampaikan informasi
kepada oranglain tanpa menimbulkan kebingunngan, kesalahpahaman,
penyimpangan, atau perubahan lainnya yang disengaja
d. Terlibat dalam
pemecahan masalah yang terbuka tanpa menimbulkan sikap mbertahan atau menghentikan proses
e. Membantu
orang-orang lainnya untuk mengembangkan gaya hubungan persona dan antar pesona
yang efektif
f. Ikut serta dalam
interaksi social informal tanpa terlibat dalam muslihat
Hubungan antar pesonal cenderung menjadi
lebih baik bila kedua belah pihak melakukan hal-hal berikut yaitu menyampaikan
perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan ekspresif,
menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui
penyingkapan diri, menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama
lainnya dengan memberikan respons-respons yang relevan dan penuh pengertian,
bersikap tulus kepada satu sama lain dengan menunjukan sikap menerima secara
verbal maupun non verbal, selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat
terhadap satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi dan ramah,
berterus-terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu
sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi, cermat, jujur, dan
membangun.
2. Hubungan Posisional
Hubungan posisional ditentukan
dengan pendekatan struktur dan tugas-tugas fungsional anggota organisasi.
Menurut Koontz dan O’Donnel (1968) untuk mengatasi kesalahan umum yang merintangi
kinerja efektif dan efisien individu dalam organisasi yang disebabkan
ketidaklancaran proses komunikasi di organisasi adalah:
a. Merencanakan penempatan / pengaturan jabatan
secara benar
Sebagian dari kegagalan untuk
merencanakan dengan benar lebih banyak terletak pada pengaturan orang-orang
dari jabatan yang diberikan dari atasan sehingga pada akhirnya terjadi
kegagalan dalam komunikasi horizontal dan vertikal yang ada dalam organisasi.
Untuk dapat mencairkan kondisi tersebut ada baiknya melakukan rencana
penempatan orang-orang yang ada di organisasi dengan berdasarkan kemampuan dan
kesenioritasan yang diakui oleh individu-individu yang ada dalam organisasi
b. Berusaha menjernihkan hubungan
Kegagalan untuk menjernihkan
hubungan organisasi menimbulkan kecemburuan, percekcokan, ketidakamanan,
ketidakefisienan,dan pelepasan tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan
lainnya dalam pengorganisasian. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat
menjadi jembatan untuk mencairkan situasi kebekuan komunikasi horizontal dan
vertikal antar sesama rekan dan antara bawahan – atasan..
3. Hubungan Berurutan
Informasi disampaikan
ke seluruh organisasi formal oleh suatu proses; dalam proses
ini orang dipuncak hierarki mengirimkan pesan ; kepada orang kedua yang kemudian mengirimkannya lagi kepada orang ketiga. Reproduksi pesan
orang pertama menjadi pesan orang kedua, dan reproduksi
pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga. Peran
kunci dalam sistem ini adalah pengulang pesan
(relayor).
BAB
III
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
SIMPULAN
1.
Komunikasi
sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirim simbol-simbol sedemikian
rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh sang komunikator.
2. Hambatan dapat
diartikan sebagai halangan atau rintangan/gannguan yang dialami. Dalam konteks
komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), gangguan ini
masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi. Efektivitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
komunikasi yang terjadi.
3.
Solusi
yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam proses komunikasi
organisasi antara lain :
- Membina hubungan antar personal
- Membinah hubungan posisional
- Informasi disampaikan ke seluruh organisasi secara formal melalui suatu proses yang hierarki.
B.
SARAN
Untuk meningkatkan efektifitas / fungsi komunikasi
dalam organisasi / institusi perlu meningkatkan hubungan antar personal serta
posisional secara formal.
DAFTAR PUSTAKA
Pace R. Wayne and Faules, Don F, Komunikasi Organisasi, ROSDA,
Bandung 2000
Uchjana Effendi, Onong., Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung
1992
Uchjana Effendi, Onong., Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung 1986.
Jiwanto,
Gunawan., Komunikasi dalam Organisasi,
Pusat Pengembangan Manajemen & Andi Offset, Yogyakrta 1985
Wiryanto. Teori Komunikasi Organisasi, Ghalia Indonesia,
Bandung, 2004
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, 1989
Agus M. Hardjana . Komunikasi intrapersonal dan interpersonal, Kanisius, Yogjakarta, 2003
Sofyandi,Herman, Prilaku Organisasional, Graha Ilmu,Yogjakarta.2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar